“ PENDIDIKAN ALA MILITER MENGASAH MENTAL PEMBERANI DAN PANTANG MENYERAH “
saat ini umur ku sudah menginjak kepala dua ( 20 tahun), tepat 15
september kemarin umur ku genap 20 tahun, aku selalu bertanya apa yang
akan kulakukan di umur yang semakin bertambah ini, aku tidak pernah
ingin menjadi sosok lain dalam kepribadian ku, semua orang memiliki
kepribadian masing-masing, yang di tempa dari lingkungangan
masing-masing, namun semua itu berawal dan berakhir pada diri sendiri.
sejak
kecil aku dilatih mandiri oleh ayah dan ibu ku, sedikit saja kesalahan
akan berbuah kemarahan yang sangat tidak masuk akal bagi ku, namun semua
itu ku anggap wajar, karena memang sejak kecil >7 tahun umur ku,
ayah dan ibu ku menerapkan pendidikan ala MILITER terhadap ku. Pernah
suatu ketika ayah marah besar pada ku, padahal ku pikir itu hanya
masalah sepele, tanpa sengaja aku menghilangkan sebuah pusaka berupa
keris (senjata tradisional ) milik ayah ku, lantaran aku ingin pamer
kepada teman-teman. Namun sialnya keris itu hilang, entah bagaimana
caranya hilang aku tidak tahu persis, yang jelas keris itu sudah tidak
ada lagi ditangan ku. Aku bukan lah tipikal pembohong ulung tapi aku
pandai bersilat lidah (setidaknya itu yang di katakan teman-teman sebaya
ku ) namun aku tidak pandai bersilat lidah di hadapan ayah. Aku
mengakui semuanya bahwa aku lah yang tlah mengambil keris itu secara
diam-diam dari lemari penyimpanan ayah dan aku pula yang telah
menghilangkannya aku berbicara sambil menangis tersedu berharap ayah
akan iba pada ku, tapi apa mau dikata, memang salah ku mebangun kan
harimau tidur. Dengan garang ayah memarahi ku, aku terus menangis, dalam
tangis ku dengarkan semua perkataan ayah yang sangat menyakitkan hati,
ada sepenggal kalimat yang masih ku ingat hingga saat ini dan ku
jadikan pelajaran berharga dalam hidup ku. “ tindakan yang kamu lakukan
itu sudah termasuk kriminal, mengambil sesuatu tanpa sepengetahuan orang
yang punya itu namanya mencuri. Kamu tahu keris itu pemberian dari
teman lama ku yang sekarang sudah tiada, kamu harus bisa menghargai
pemberian dari orang lain !!!”. ayah sangat marah, dan dengan lincah aku
mengelak dan berlari sekencangnya karena ku lihat ayah sudah memegang
bambu untuk menghajar ku. Ayah lantas mengejarku sepanjang kampung kami
berkejaran, untungnya gerak ayah ku kalah cepat denga kaki ku yang
lincah, maklum saja berlari adalah kebiasaan ku ketika nerlomba mengejar
layangan putus. Ohh ia, aku lupa mengatakan bahwa ayah ku adalah
seorang PNS yang bekerja di LP (lembaga pemasyrakatan), jadi hal wajar
jika dia memberikan pendidikan ala MILITER pada ku. Singkat cerita,,
malam itu aku tidak berani pulang kerumah, dan dengan terpaksa aku tidur
di pos ronda (pos jaga) di kampung ku. Aku kedinginan, menggigil,
dengan mata sembab tapi semuanya tak ku hiraukan, aku hanya ingin
pulang. Aku beruntung karena kira-kira pukul 9 malam, uwak ( kakak
tertua dari ibu) lewat di depan pos jaga melihat ku meringkuk
kedinginan, aku ceritakan semuanya dan dia mengantarkan ku
pulang....................
sobat yang budiman ini
sepenggal cerita hidup ku, yang sampai sekarang tak pernah ku lupa aku
selalu mengingatnya, karena menurut ku terdapat petuah dari setiap
tindakan ayah terhadap tingkah ku. Dalam hal ini sisi positif yang bisa
ku petik adalah :
1. Jangan pernah mengambil barang orang lain
tanpa sepengetahuan yang punya, karena bagaimana pun itu bukan lah milik
kita, dan itu di kategorikan tindakan kriminal dan hukum islam pun
sangat ketat terhadap hal ini.
2. belajarlah untuk menghargai pemberian orang lain apa pun bentuknya. Jika kau ingin di hargai
3. pendidikan ala militer yang ayah terapkan mampu mengasah mental pemberani dan pantang menyerah di kehidupan ku saat ini.
TERIMA KASIH AYAH................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar